Kota Bandung nampak indah dipandang dari perbukitan Ciburial, dimana Ponpes Babussalam berada. |
Memasuki Bandung dari pintu tol Pasteur, naik jalan layang
Pasupati, kemudian belok kiri menyusuri Jl. Ir. H. Juanda, akan membawa kita
sampai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Quran Babussalam di Ciburial Dago Atas.
Bagi yang baru pertama kali berkunjung pastilah akan menjadi sebuah pengalaman
berharga dan tidak terlupakan. Kota Bandung dengan ketinggian 791 meter dpl
saja sudah meniupkan udara dingin, apalagi kawasan Babussalam yang
berketinggian 1.100 meter dpl tentu membuat menggigil.
Namun tak perlu khawatir, ditengah suasana sejuk dingin itu justru
terasa nikmat untuk menyerap kedalaman dan luasnya ilmu-ilmu yang disampaikan
oleh Pengasuh Pesantren KH. Drs. Muchtar Adam dan para ustadz Babussalam.
Apalagi sambil menyantap hidangan tahu hangat produksi masyarakat sekitar
Babussalam. “Nikmat Allah yang mana lagi yang engkau dustakan”, meminjam
istilah yang Allah ulang-ulang dalam QS. Ar Rahman.
Jika dihitung dari pintu tol Pasteur, perjalanan menuju Babussalam
berjarak sekitar 11-12 km. Selepas dari batas kota Bandung jalan menanjak dan
berkelok-kelok khas pegunungan sejauh 4 km. Kita akan disuguhi pemandangan
menarik. Memandang ke belakang terlihat bangunan rumah-rumah di kota Bandung
yang nampak mengecil. Udara dingin mulai merasuk, retsleting jacket harus dieratkan
dan kedua belah tangan dimasukkan kedalam saku jacket.
Namun pandangan terpuaskan oleh panorama kota Bandung yang sangat
indah, apalagi diwaktu malam penuh dengan kerlap-kerlip lampu. Di kanan kiri
jalan terlihat villa-villa mewah dengan halaman luas. Terdapat banyak café bagi
yang ingin bersantai atau mengajak relasi untuk ‘meeting’.
Pendiri dan pengasuh Babussalam, KH. Drs. Muchtar Adam beserta istri, Hj. Siti Sukaesih (almh.). Beliau sekeluarga rela hijrah ke Ciburial untuk membangun Babussalam. |
Ponpes Babussalam didirikan oleh KH. Drs. Muchtar Adam pada 12
Rabiul Awwal 1401 H, bertepatan dengan 8 Januari 1981 M. Jauh sebelum itu,
sejak tahun 1963 beliau sudah menjadi seorang da’i di kota Bandung, yaitu di
sekitar tempat tinggalnya di kampung Cisitu. Tahun 1970 area dakwahnya merambah
kawasan Bandung utara, desa Ciburial yang secara administratif masuk kabupaten
Bandung.
Saat itu Ciburial adalah sebuah desa yang terisolir, satu-satunya
akses jalan masih belum diaspal. Listrik belum ada sehingga kalau malam dikenal
sebagai ‘tempat jin buang anaknya’. Pantaslah jika tingkat pendidikan
masyarakat masih rendah, hanya ada SD Inpres, belum ada seorang warganya yang
menjadi sarjana. Lulusan SD yang hendak melanjutkan ke SMP harus berjalan kaki
sejauh 6 km ke SMP terdekat yang berada di kota Bandung.
Salah satu foto Ciburial zaman 'old'. |
Ciburial “Bukit Uhud” yang Harus Dipertahankan
Dakwah di Ciburial bukanlah suatu kebetulan, namun dilandasi
pandangan yang jauh ke depan. Kota Bandung nantinya akan berkembang ke segala
arah, sedangkan Ciburial adalah tetangga terdekat disisi utara. Saat itu juga
ada pembangunan Taman Hutan Raya Juanda menjadi daerah tujuan wisata. Ada lagi
propaganda agama lain dan masih cukup banyak masyarakat penganut agama lokal
(agama Sunda). Dengan kondisi seperti itu timbullah pemikiran untuk menyiapkan
warga masyarakat Ciburial menghadapi berbagai perubahan.
Pak Muchtar, begitu masyarakat menyebut beliau saat itu, bersama
KH. EZ. Muttaqin (Ketua MUI Jawa Barat, Rektor Unisba) bertekad mempertahankan
‘bukit Uhud’ Ciburial. Ya… Ciburial itu layaknya bukit Uhud dalam sejarah
Rasulullah Saw. Bukankah, siapa yang menguasai bukit Uhud akan dapat
memenangkan peperangan? Sebaliknya, jika bukit Uhud diuasai musuh maka kalahlah
ummat Islam.
Dalam perencanaan pak Muchtar akan mendirikan pesantren, sedangkan
KH. EZ. Muttaqin mendirikan Unisba Kampus Ciburial. Rupanya Allah berkehendak lain,
KH. EZ. Muttaqin meninggal dunia tahun 1981 dalam sebuah kecelakaan mobil.
Sedangkan rektor yang menggantikannya tidak melanjutkan pengembangan kampus
Ciburial. Jadilah pak Muchtar kehilangan kawan seiring dalam berdakwah di
Ciburial.
Mulai dengan Membikin Batako Sendiri
Setelah berdakwah sekian tahun di Ciburial akhirnya masyarakat
tergerak untuk memberikan wakaf tanah seluas 500 meter persegi kepada pak
Muchtar untuk mendirikan Babussalam pada tahun 1981. Bukan perkara mudah untuk
memulai membangun pesantren mengingat ketiadaan biaya dan kondisi ekonomi
keluarga beliau pun belum menggembirakan. Dengan tekad kuat beliau memboyong
keluarga, istri tercinta Hj. Siti Sukaesih (almarhum) beserta 7 anak-anak yang
masih kecil dari kampung Cisitu ke Ciburial.
Pak Muchtar sekeluarga bersama membesarkan Babussalam. Ibu kyai,
masyarakat mulai memanggil pak Muchtar dengan sebutan kyai, bertugas memasak
dan menyiapkan hidangan untuk santri dan para tamu yang silih berganti
berdatangan. Anak-anak beliau meskipun relatif masih muda diterjunkan untuk
membantu mengajar karena memiliki tingkat pendidikan lebih baik.
Masyarakat juga tidak berhenti hanya pada mewakafkan tanah. Mereka
secara bergiliran bekerja bakti mendirikan bangunan pesantren, bahkan dimulai
dari membuat batako sendiri. Luar biasa, karena ketiadaan uang untuk membeli
batako secara utuh. Beruntung saat itu ada donatur yang meminjamkan alat
pembuat batako.
Pendidikan Formal di Babussalam
Pendirian lembaga pendidikan formal di Babussalam dimulai dari Madrasah
Tsanawiyah (MTs, setingkat SMP) pada tahun 1983 untuk kelanjutan lulusan SD
yang sudah ada. Jangan heran, keberadaan MTs ini otomatis mengurangi tingkat
pernikahan dini karena lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah sangat mungkin
segera dinikahkan oleh orang tuanya.
ebodohan
dan kemiskinan ibarat lingkaran setan. Babussalam memutusnya dengan mendirikan
lembaga pendidikan formal dan nonformal.
|
Selanjutnya pada tahun 1986 didirikan Sekolah Dasar (SD). Dengan
memiliki SD sendiri niscaya penanaman nilai-nilai keislaman dapat dilakukan
lebih dini, misalkan kewajiban mengenakan jilbab bagi santri putri dan
mengenakan celana panjang bagi santri putra. Pada tahun 1989 barulah didirikan
Madrasah Aliyah (MA, setingkat SMA) untuk menampung lulusan MTs.
Ada cerita lucu di kalangan lulusan MA angkatan awal. Karena
keterbatasan tenaga pengajar, semua pelajaran agama diajar langsung oleh Kyai,
disela-sela kesibukan beliau mengasuh majelis taklim di kota Bandung dan
menggalang dana dari para donator. Ternyata saat alumni ini kuliah di IAIN
Sunan Gunungjati (sekarang UIN) para dosen keheranan. Ilmu agama para alumni
Babussalam ini sudah cukup tinggi, jauh melampaui mahasiswa lain, dan para
dosen seperti mengajar mahasiswa S2.
Pada tahun 1998 didirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dengan tujuan awal
meringankan guru SD. Bayangkan guru SD yang menghadapi murid-murid yang polos
karena sama sekali belum pernah mengenyam lembaga pendidikan. Anak-anak itu
sering menangis, bahkan pipis di kelas. Dengan adanya TK ini maka guru-guru SD
menjadi sangat terbantu.
Pada tahun 1999 terjadi perubahan status lembaga pendidikan di
Babussalam, dari dibawah naungan Departemen Agama menjadi Departemen Pendidikan
Nasional. MTs berubah menjadi SMP dan MA menjadi SMA.
Kegiatan Rutin Santri
Saat ini ada 400 anak-anak warga masyarakat yang bersekolah,
disebut santri PP (pulang pergi) di Babussalam setiap hari pukul 07.00-15.00
WIB. Sore dan malam harinya mereka mengaji di masjid kampung masing-masing yang
juga dibina oleh Korps Muballigh Islam Babussalam (KMIB). Babussalam belum bisa
mewajibkan mereka tinggal di asrama karena tenaganya dibutuhkan oleh orang
tuanya untuk mengasuh adik-adiknya, memasak dan juga mengurus ternak. Hampir
semua masyarakat memiliki ternak, balong (kolam ikan) dan kebun, disamping
berdagang ke pasar saat panen.
Terdapat 100 orang santri yang tinggal di asrama, datang dari
berbagai kota di Jawa Barat (50%) dan kota-kota lain di seluruh penjuru
Nusantara. Santri-santri ini tentu memiliki kedalaman ilmu yang lebih dibanding
santri PP (pulang pergi) karena mereka mendapatkan pelajaran saat bakda subuh,
bakda maghrib (tadarrus Al Quran), dan bakda isya’ (Bahasa Arab/Inggris).
Setiap sore diadakan juga kegiatan ekstrakurikuler sehingga praktis selama 24
jam santri mendapat tambahan ilmu dan ketrampilan.
Meskipun berbiaya murah, Babussalam mampu menyediakan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang hebat. |
Kurikulum yang diterapkan di Babussalam adalah 100% kurikulum
Dikbud, ditambah kurikulum kepesantrenan. Bagi santri PP, dengan bersekolah
dari pukul 07.00-15.00 WIB sebenarnya mereka sudah mendapatkan pelajaran
melebihi sekolah pada umumnya. Di sekolah umum jam belajar hanya sampai pukul
13.00. Kelebihan jam tersebut diisi dengan pelajaran agama dan Al Quran.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di Babussalam
diantaranya nasyid, angklung, drumband, qiroah, melukis, kaligrafi, futsal,
renang, wushu, silat, outbond, kepanduan Hizbul Wathan, muballigh hijrah,
thibbun nabawi (pengobatan Islam), Arabic Club, English Club, pidato,
jurnalistik, broadcasting, sinematografi, desain grafis, kewirausahaan, home
industry, digital marketing dll.
Alumni Babussalam berkesempatan memasuki jenjang perguruan tinggi,
seperti: perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS), umum dan keagamaan, di
dalam dan luar negeri. Sudah ada alumni yang melanjutkan ke Madinah, Mesir,
Yordania, India dan Sudan. Babussalam juga memberikan bea siswa bagi
santri-santri yang berprestasi tinggi, bahkan hingga S2 dan S3.
Dinding kelas bukan saja di-cat, bahkan dilukis dengan indah. |
Pengajaran Al Quran
Babussalam menyandang nama Pondok Pesantren Al Quran dengan maksud
mengajarkan segala permasalahan pada sumber pokoknya, yaitu Al Quran. Tidak
berhenti pada kitab fiqh saja, atau hadits saja, yang mana banyak menimbulkan
perbedaan. Misalkan saat mengajarkan wudlu, diambillah sumber utamanya, yaitu
QS. Al Maidah (5): 6,
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قُمۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغۡسِلُواْ وُجُوهَكُمۡ
وَأَيۡدِيَكُمۡ إِلَى ٱلۡمَرَافِقِ وَٱمۡسَحُواْ بِرُءُوسِكُمۡ وَأَرۡجُلَكُمۡ
إِلَى ٱلۡكَعۡبَيۡنِۚ وَإِن كُنتُمۡ جُنُبٗا فَٱطَّهَّرُواْۚ وَإِن كُنتُم
مَّرۡضَىٰٓ أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوۡ جَآءَ أَحَدٞ مِّنكُم مِّنَ ٱلۡغَآئِطِ أَوۡ
لَٰمَسۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمۡ تَجِدُواْ مَآءٗ فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدٗا
طَيِّبٗا فَٱمۡسَحُواْ بِوُجُوهِكُمۡ وَأَيۡدِيكُم مِّنۡهُۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ
لِيَجۡعَلَ عَلَيۡكُم مِّنۡ حَرَجٖ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمۡ وَلِيُتِمَّ
نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٦
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur”.
Dari sebuah ayat diatas niscaya akan banyak pendapat, missal:
tentang apa yang dimaksud dengan membasuh, apa yang dimaksud dengan muka,
sampai dimana membasuh tangan, kaki, dsb. Hal-hal seperti ini ada yang kemudian
disebutkan di hadits, dan fiqh yang pada dasarnya adalah pendapat ulama. Namun
dengan mengetahui pokok permasalahan dan metoda pembahasannya, niscaya akan
didapat keluasan ilmu dan sikap tasamuh (toleransi).
Babussalam menerapkan pengajaran Al Quran dengan metoda 7T, yaitu: tahsin
(bacaan), tarjim (terjemah), tahthit (tulisan), tafsir, tahfidh
(hafalan), tathbiq (pengamalan), dan tabligh (mendakwahkan). Ketujuh
aspek tersebut sesungguhnya saling berkaitan dan saling mendukung sehingga
tidak menyulitkan santri untuk mempelajarinya. Misalnya, dengan adanya
ketrampilan menuliskan ayat maka santri akan mudah juga menghafalnya.
Pengajaran Al Quran juga tidak berhenti pada aspek keilmuan, namun sampai pada
pengamalan (aplikasi).
Berkembang Bersama Masyarakat
Babussalam adalah pesantren yang tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat, khususnya desa Ciburial dan Mekarsaluyu (hasil pemekaran). Babussalam
tidak hanya menyediakan lembaga pendidikan bagi masyarakat, namun juga
mengembangkan aspek sosial, ekonomi dan budaya. Dalam bidang sosial Babussalam
memberikan bea siswa untuk santri tidak mampu dengan adanya Panti Asuhan Darul
Aitam Babussalam. Sekitar 50% santri mendapatkan keringanan biaya SPP dan
mondok di Babussalam.
Babussalam juga mengadakan santunan dhuafa, jompo, pengobatan
gratis, pembagian daging qurban, zakat fitrah/mal, pendirian rumah untuk
dhuafa. Babussalam membantu pembangunan masjid di setiap kampung, mengirimkan
muballigh, pembangunan MCK, pembagian mukena dan kain sarung, dan pengurusan
jenazah.
Dalam bidang ekonomi Babussalam ikut menggerakkan roda ekonomi
masyarakat. Babussalam memasarkan produk-produk pertanian/peternakan, home
industry, budidaya lebah madu, kepada jamaah yang ada di kota Bandung dan
kota-kota lainnya. Dengan maraknya perdagangan online, produk-produk masyarakat
mudah dikenal dan dipasarkan. Ciburial juga masuk dalam “10 Desa Wisata
Kabupaten Bandung” sehingga banyak menerima kunjungan tamu untuk studi banding
dan mengenal potensi desa.
Dengan memasukkan anaknya bersekolah di Babussalam, masyarakat
dapat menghemat uang transport dan jajan anaknya. Jika setiap orang tua harus
memberi bekal anaknya Rp. 25.000,- untuk sekolah di kota, berarti dengan 400
anak yang bersekolah di Babussalam, didapat penghematan sebesar Rp. 10 juta
setiap harinya. Uang sebesar itu bisa diarahkan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga yang lain.
Bekerjasama dengan BMT Beringharjo mengelola pembukuan keuangan. Santri dan masyarakat diajak menabung. |
Menghadapi Era Digital
Hadirnya era digital disambut Babussalam dengan slogan “Babussalam
Keren”. Ketua Yayasan Ir. H. Endang Admadirja, M.Sc. menegaskan bahwa,
“Kita tidak bisa lagi menghindar dari perubahan zaman yang amat cepat ini”.
Struktur organisasi disusun dengan cermat agar semua bidang dapat bergerak
dengan lincah dan efisien. Babussalam tidak hanya menangani masalah pendidikan,
sehingga memiliki berbagai kultur, ada bidang yang menghasilkan uang, ada juga
bidang yang bertugas ‘menghabiskan’ uang.
Santri-santri diberi bekal ilmu dan ketrampilan yang kelak dapat
diterapkan di lingkungannya, tidak ketinggalan informasi dan gagap teknologi.
Perlu banyak ketrampilan (multi skill) yang harus dikuasai karena boleh
jadi satu ketrampilan akan usang dan tidak diperlukan lagi. Misal, ketrampilan
menjahit sudah tidak bisa dijadikan mata pencaharian dengan adanya industri
garmen.
Kerjasama dengan berbagai fihak dijalin mengingat kebutuhan dana
yang cukup besar dan banyak juga yang Babussalam bisa berikan, seperti: alumni
yang berkualitas, produk-produk masyarakat yang layak untuk dipasarkan, taklim
dari Kyai dan ustadz Babussalam. Secara lembaga Babussalam juga layak
di-support oleh berbagai fihak, seperti melalui dana CSR, karena perannya
sebagai lembaga pengembangan masyarakat (development community).
Ketua
Yayasan, Ir. H. Endang Atmadirja, M.Sc. sedang menerima wawancara TVRI Bandung.
|
Ayo ke Babussalam
Pengasuh Ponpes Babussalam KH. Drs. Muchtar Adam menyerukan agar
para orang tua menitipkan anak untuk ‘mondok’ di Babussalam. Kehidupan pondok
mengajarkan anak pada nilai-nilai kedisiplinan, kesederhanaan dan kepemimpinan.
Santri-santri datang dari berbagai pelosok Nusantara: Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Ada kebanggaan karena
mereka akan pulang dengan keluasan wawasan dan ketrampilan menjadi penggerak
masyarakat. Babussalam memberikan kepada santri: intelektual, spiritual, dan
akhlaqul karimah.
Insya Allah Babussalam akan tetap ada dan berkembang dengan pesat
karena merupakan benteng ummat Islam di Bandung utara. Babussalam maju bersama
dan didukung masyarakat Ciburial dan Mekarsaluyu. Babussalam juga menjadi
kebanggaan seluruh ummat Islam. Informasi lebih lengkap dapat pembaca dapatkan
pada website ponpesbabussalam.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar