“Bapak tidak akan menemukan kesembuhan selama masih guna obat kimia.
Beralihlah pada herba. Gunakan gamat dan habbatus sauda untuk putri bapak”,
kata Tuan Haji Ismail saat saya menemuinya untuk berkonsultasi sekitar akhir
tahun 2002.
Saat itu saya mengadukan kondisi kesehatan anak saya usia 1 tahun yang sering
sesak nafas meski sudah berobat ke banyak tempat. Inilah yang membuka jalan
saya mengenal pengobatan herba serta berguru pada beliau, Tuan Haji Ismail bin
Ahmad.
Saat mulai menjalankan pengobatan herba berlakulah apa yang disebut DOC (direction of cure). Kondisi tubuh melemah karena seluruh obat-obat kimia yang selama ini dikonsumsi dikeluarkan oleh herba. Boleh dikatakan kondisinya mencapai titik nadir namun setelah itu kurvanya berbalik arah dan selanjutnya berlaku kesembuhan. Alhamdulillah kondisinya semakin membaik dan saat ini anak saya sehat serta sedang mengikuti perkuliahan.
Berkat kuliah yang sering saya dapatkan dari beliau saya pun meninggalkan pengobatan kimia. Kartu-kartu berobat yang selama ini saya koleksi dengan rapi
saya singkirkan. Beliau pun sering mengunjungi kami di Babussalam setelah
mengetahui kami berasal dari keluarga pesantren.
Kemarin, Ahad 26 April 2024 dini hari pukul 01.00 WIB guru para herbalis
tersebut, Tuan Haji Ismail bin Ahmad telah menghadap Sang Khaliq. Dari segi
usia mungkin belum terlalu tua, belum ada 61 tahun. Namun Allah Swt tentu
memiliki tujuan tertentu dengan takdirNya ini. Akan ada hikmah yang dapat kita
petik sepeninggal beliau.
Tuan Haji Ismail dengan perusahaan herbanya HPA (Herba Penawar Alwahida)
telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1998. Beliau dan tim melakukan safari
presentasi di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
Surabaya, Makassar, Medan dll. Bahkan membantu pendirian masjid di bumi Papua.
Salah satu tonggak sejarah perjalanannya yaitu diadakannya Sijil Hebalis di
Perlis, Kantor Pusat HPA.
Pada Sijil Hebalis bulan Mei 2005 melahirkan alumnus yang menjadi pionir
perkembangan herba di Indonesia, diantaranya Ust Asep Hasan Badri yang mendirikan
BRC (Bekam Ruqyah Center), Ust Hakimuddin mendirikan IHC (Islamic Healing
Center), Umi Anna Rosdiana (TNC, Thibbun Nabawi Center), Ust Syafruddin di
Makassar dll.
Saya memiliki banyak pengalaman pribadi dengan beliau disamping yang sudah
saya ceritakan di awal tulisan ini. Pernah dalam suatu acara di Puncak Jawa
Barat selama 3 hari saya ikut sebagai peserta sekaligus saya bawa 10 botol
madu. Hingga saat penutupan acara baru terjual 1 botol. Tiba-tiba dari arah
podium Tuan Haji Ismail berkata, “Itu di belakang sana ada pak Haitami yang
membawa madu dari Bandung. Dari dataran tinggi sehingga kadar airnya tinggi,
cocok untuk obat batuk”.
Berkat omongan Tuan Haji ini banyak peserta yang datang untuk membeli madu
hingga habis seluruh persediaan. Hingga saat ini setiap kali mengunjungi Indonesia beliau selalu pesan madu produksi kami.
Saat mengikuti Sijil Herbalis tahun 2007 saya membawa sekitar 30 buku tipis
berjudul “Doa Stroke”. Di akhir acara saya bagikan buku itu kepada seluruh
beserta sebagai hadiah. Tanpa disangka Tuan Haji memperhatikan dan bertanya, “Apa
yang bapak bagikan kepada teman-teman?”
Akhirnya Tuan Haji pun memberikan order kepada saya untuk mencetak 1.000
eksemplar buku “Doa Stroke”, tentu tidak gratis.
Sangat banyak saya berhutang budi kepada beliau yang tak mungkin saya mampu membalasnya. Hanya doa yang dapat saya panjatkan, semoga Allah Swt berkenan menerima segala amal kebajikannya, mengampuni dosanya dan melapangkan kuburnya. Saya dan kawan-kawan semoga dapat melanjutkan perjuangan beliau. Al Fatihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar