Jumat, 28 Februari 2014

SETAHUN DI MUALLIMIN

Suatu hari di tahun 1987 teman saya di Pemuda Muhammadiyah, Edi Susilo mahasiswa Biologi UGM, memberi kabar kalau Muallimin memerlukan seorang guru fisika karena mau membuka jurusan IPA. Dia bertanya apakah saya mau menerima tawaran itu. Tentu saja saya menyanggupinya. Dia sendiri mengatakan akan mundur karena ada kesibukan lain dan sudah mencari penggantinya yaitu Edi Gunawan, teman sefakultas.
Jadilah saya, seorang mahasiswa Teknik Nuklir UGM, mengajar fisika anak kelas V Madrasah Muallimin Muhammadiyah. Ada 11 anak yang saya ajar karena dari 25 siswa kelas V yang 14 anak masuk jurusan IPS. Untuk kelas V IPA ini saya mengajar 3 jam pelajaran, dibuat menjadi 2 kali pertemuan, 1 jam dan 2 jam sekali pertemuan.
Ada yang membuat saya tercenung! Anak-anak Muallimin, saat itu saya panggil adik-adik, berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Dari 11 orang yang saya ajar ada yang berasal dari Aceh, Medan, Padang, Banjarmasin, Bondowoso dll. Saya bayangkan mereka sudah bersusah payah meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di kota pelajar Yogyakarta. Artinya, saya harus memberikan sesuatu yang terbaik untuk mereka. Saat mengajar mereka, saya bayangkann diri saya memberi pelajaran pada anak-anak seluruh Indonesia. Apalagi saya belum pernah merasakan merantau mengingat saya asli Kota Gudeg. Lahir, sekolah dan kuliah di Yogyakarta. Ke luar kota paling-paling saat studi tour saja.
Kendala yang saya hadapi adalah masalah kemampuan mereka memahami pelajaran fisika. Mungkin karena mereka angkatan pertama jurusan IPA yang kelahirannya setengah dipaksakan. Setahun lalu saat diadakan reuni mereka mengatakan, “Pak, sebenarnya yang pantas masuk jurusan IPA dulu itu hanya seorang. Kami yang lainnya ini hanya disuruh menemani”.
Jangankan memahami pelajaran fisika, pelajaran matematikanya pun masih dibawah standar sehingga terkadang saya harus merangkap sebagai pengajar matematika. Akhirnya saya mengambil inisiatif menerangkan teori terlebih dahulu. Bab I saya terangkan teorinya, bab II saya terangkan teorinya, bab III saya terangkan teorinya, dst sampai seluruh bab selesai. Untuk latihan soal dengan hitungan, saya ambil yang mudah-mudah.
Disamping itu saya mengambil sebagian waktu mengajar, mungkin separuh, untuk bercerita tentang iptek, ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek bidang apa saja, tak terkecuali teknologi nuklir yang saat itu saya pelajari. Maksud saya adalah untuk menumbuhkan minat mereka pada iptek. Siapa tahu dari cerita-cerita itu akan timbul motivasi mereka mempelajari fisika.
Saya juga sampaikan cerita tentang ilmuwan-ilmuwan muslim yang banyak membuat penemuan jauh sebelum Eropa maju. Saya ingin memberi motivasi anak-anak agar kelak mereka terjun di bidang iptek sehingga ummat Islam tidak tertinggal dalam hal ini. Saat itu saya juga berfikir: lucu juga saya banyak ngobrol, sedangkan banyak materi pelajaran yang belum mereka serap. Namun saya punya pandangan lain: kemampuan mereka saat itu terbatas, sehingga jika dipaksakan pun tidak akan membawa hasil. Lebih baik saya ber-investasi untuk masa depan.
Ternyata saya hanya sempat mengajar mereka setahun karena saat mereka kelas VI saya tidak lagi berdomisili di Yogya. Saya tinggal di Bandung mengikuti istri yang alumni Muallimat.
Satu hal yang menggembirakan saya, beberapa tahun kemudian saya mendengar kabar: dari 11 anak yang pernah saya ajar, ada seorang melanjutkan di Fakultas Kedokteran UGM, seorang di Fakultas Pertanian Unmul dan seorang lagi di Fakultas Ekonomi Unand. Yang lainnya ada yang ke IAIN (sekarang UIN) dan universitas swasta lainnya.
Jelas ini sebuah prestasi bagi Muallimin yang saat itu baru saja membuka jurusan IPA. Dari 11 orang alumninya ada 3 orang yang lolos ujian masuk PTN. Yang masuk IAIN tidak perlu dibicarakan karena sudah biasa. Keberhasilan ini tentu berkat upaya berbagai pihak, bahkan saya tidak boleh menepuk dada mengingat saya hanya setahun mengajar. Yang jelas, saya ingin menyebut lagi nama pak Edi Gunawan yang saat di UGM sama-sama aktif di HMI dan di lingkungan Muhammadiyah aktif di IMM.

Saya melihat keberhasilan ini juga menjadi tonggak kemajuan Muallimin selanjutnya mengingat setelah itu animo masuk Muallimin meningkat dengan signifikan. Inilah sekelumit perjalanan hidup saya, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan mengingat sudah sedikit PDI, penurunan daya ingat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar