Suatu hari di
tahun 1987 teman saya di Pemuda Muhammadiyah, Edi Susilo mahasiswa Biologi UGM,
memberi kabar kalau Muallimin memerlukan seorang guru fisika karena mau membuka
jurusan IPA. Dia bertanya apakah saya mau menerima tawaran itu. Tentu saja saya
menyanggupinya. Dia sendiri mengatakan akan mundur karena ada kesibukan lain
dan sudah mencari penggantinya yaitu Edi Gunawan, teman sefakultas.
Jadilah
saya, seorang mahasiswa Teknik Nuklir UGM, mengajar fisika anak kelas V
Madrasah Muallimin Muhammadiyah. Ada 11 anak yang saya ajar karena dari 25
siswa kelas V yang 14 anak masuk jurusan IPS. Untuk kelas V IPA ini saya
mengajar 3 jam pelajaran, dibuat menjadi 2 kali pertemuan, 1 jam dan 2 jam
sekali pertemuan.
Ada yang
membuat saya tercenung! Anak-anak Muallimin, saat itu saya panggil adik-adik, berasal
dari seluruh penjuru Indonesia. Dari 11 orang yang saya ajar ada yang berasal
dari Aceh, Medan, Padang, Banjarmasin, Bondowoso dll. Saya bayangkan mereka
sudah bersusah payah meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di
kota pelajar Yogyakarta. Artinya, saya harus memberikan sesuatu yang terbaik
untuk mereka. Saat mengajar mereka, saya bayangkann diri saya memberi pelajaran
pada anak-anak seluruh Indonesia. Apalagi saya belum pernah merasakan merantau
mengingat saya asli Kota Gudeg. Lahir, sekolah dan kuliah di Yogyakarta. Ke
luar kota paling-paling saat studi tour saja.
Kendala yang
saya hadapi adalah masalah kemampuan mereka memahami pelajaran fisika. Mungkin
karena mereka angkatan pertama jurusan IPA yang kelahirannya setengah
dipaksakan. Setahun lalu saat diadakan reuni mereka mengatakan, “Pak,
sebenarnya yang pantas masuk jurusan IPA dulu itu hanya seorang. Kami yang
lainnya ini hanya disuruh menemani”.
Jangankan
memahami pelajaran fisika, pelajaran matematikanya pun masih dibawah standar
sehingga terkadang saya harus merangkap sebagai pengajar matematika. Akhirnya
saya mengambil inisiatif menerangkan teori terlebih dahulu. Bab I saya
terangkan teorinya, bab II saya terangkan teorinya, bab III saya terangkan
teorinya, dst sampai seluruh bab selesai. Untuk latihan soal dengan hitungan,
saya ambil yang mudah-mudah.
Disamping
itu saya mengambil sebagian waktu mengajar, mungkin separuh, untuk bercerita
tentang iptek, ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek bidang apa saja, tak
terkecuali teknologi nuklir yang saat itu saya pelajari. Maksud saya adalah
untuk menumbuhkan minat mereka pada iptek. Siapa tahu dari cerita-cerita itu
akan timbul motivasi mereka mempelajari fisika.
Saya juga
sampaikan cerita tentang ilmuwan-ilmuwan muslim yang banyak membuat penemuan
jauh sebelum Eropa maju. Saya ingin memberi motivasi anak-anak agar kelak
mereka terjun di bidang iptek sehingga ummat Islam tidak tertinggal dalam hal
ini. Saat itu saya juga berfikir: lucu juga saya banyak ngobrol, sedangkan
banyak materi pelajaran yang belum mereka serap. Namun saya punya pandangan
lain: kemampuan mereka saat itu terbatas, sehingga jika dipaksakan pun tidak
akan membawa hasil. Lebih baik saya ber-investasi untuk masa depan.
Ternyata
saya hanya sempat mengajar mereka setahun karena saat mereka kelas VI saya
tidak lagi berdomisili di Yogya. Saya tinggal di Bandung mengikuti istri yang
alumni Muallimat.
Satu hal
yang menggembirakan saya, beberapa tahun kemudian saya mendengar kabar: dari 11
anak yang pernah saya ajar, ada seorang melanjutkan di Fakultas Kedokteran UGM,
seorang di Fakultas Pertanian Unmul dan seorang lagi di Fakultas Ekonomi Unand.
Yang lainnya ada yang ke IAIN (sekarang UIN) dan universitas swasta lainnya.
Jelas ini
sebuah prestasi bagi Muallimin yang saat itu baru saja membuka jurusan IPA.
Dari 11 orang alumninya ada 3 orang yang lolos ujian masuk PTN. Yang masuk IAIN
tidak perlu dibicarakan karena sudah biasa. Keberhasilan ini tentu berkat upaya
berbagai pihak, bahkan saya tidak boleh menepuk dada mengingat saya hanya
setahun mengajar. Yang jelas, saya ingin menyebut lagi nama pak Edi Gunawan
yang saat di UGM sama-sama aktif di HMI dan di lingkungan Muhammadiyah aktif di
IMM.
Saya melihat
keberhasilan ini juga menjadi tonggak kemajuan Muallimin selanjutnya mengingat
setelah itu animo masuk Muallimin meningkat dengan signifikan. Inilah sekelumit
perjalanan hidup saya, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan mengingat sudah
sedikit PDI, penurunan daya ingat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar