Selasa, 28 Juli 2015

S-O-P TEH CELUP



Saat makan di sebuah warung nasi sederhana, secara tidak sengaja saya mengamati cara pemilik warung tersebut menyajikan minuman teh, yaitu teh celup. Mulanya saya tidak memperhatikan. Namun selama saya makan satu per satu pelanggan lain masuk dan selalu ditanya, “Minumnya apa? Teh tawar, teh manis atau teh lemon?”. Selanjutnya pemilik warung akan membuat teh celup dan saya pun tertarik untuk memperhatikannya.
Dimulai dengan mengambil gelas dan mengisinya dengan air panas dari dispenser setinggi setengah gelas. Selanjutnya dia ambil seuncang teh celup dan dicelup-celupkan ke dalam air panas tadi. Mungkin 5-7 balikan dia mencelupkan uncang teh. Setelah itu uncang teh dia biarkan terendam dan tali uncang beserta label ia sampirkan di bibir gelas.
Langkah selanjutnya adalah menambah gula 2-3 sendok, jika ingin membuat teh manis, dan terus diaduk hingga gulanya larut. Untuk teh lemon ditambahkan lagi air perasan jeruk nipis. Terakhir adalah menambahkan air dingin hingga isi gelas penuh dan dihidangkan pada pemesannya. Inilah standard operating procedur (SOP) pemilik warung dalam menyajikan minuman teh celup bagi pelanggannya.
Membuat teh celup barangkali urusan sederhana. Namun karena dilakukan berulang-ulang di depan mata saya dalam kurun waktu singkat, jadilah sebuah atraksi yang menarik. Kesimpulannya tentu saja bahwa segala sesuatu itu mestilah dikerjakan dengan ilmu dan kepandaian tertentu agar hasilnya maksimal. Hal ini terbukti dengan banyaknya pelanggan dan dari raut wajahnya terpancar perasaan senang.
Kalau mau cari gampang, siapkan saja racikan teh tawar sepanci. Setiap kali ada yang pesan tinggal ambil setengah gelas kemudian ditambahkan air panas supaya jadi teh hangat. Kalau mau dibikin manis tinggal tambah gula dan aduk-aduk. Atau kalau mau lebih praktis, siapkan tiga panci sedang, masing-masing berisi racikan teh tawar, teh manis dan teh lemon. Setiap kali ada yang pesan, hanya perlu waktu sekejap untuk menghidangkannya.
Namun cara seperti itu nampaknya kurang menarik. Saat nasi dengan lauknya sudah terhidang di depan mata, kemudian pandangan diarahkan pada pemilik warung yang sedang meracik minuman teh celup, terasa penghargaannya pada pelanggan. “Pemilik warung itu meracik teh khusus untuk saya”, itulah pesan yang tersirat. Dengan sentuhan pelayanan seperti ini tak terasa setelah habis nasi dan lauk satu piring, ada keinginan untuk menambah lagi. Kalau sudah begini, siapa yang diuntungkan? Semua diuntungkan, khususnya pemilik warung yang omsetnya bertambah hanya karena ketrampilannya menyajikan teh celup pada para pelanggan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar