Saat makan di sebuah warung nasi sederhana, secara tidak
sengaja saya mengamati cara pemilik warung tersebut menyajikan minuman teh,
yaitu teh celup. Mulanya saya tidak memperhatikan. Namun selama saya makan satu
per satu pelanggan lain masuk dan selalu ditanya, “Minumnya apa? Teh tawar, teh
manis atau teh lemon?”. Selanjutnya pemilik warung akan membuat teh celup dan
saya pun tertarik untuk memperhatikannya.
Dimulai dengan mengambil gelas dan mengisinya dengan air
panas dari dispenser setinggi setengah gelas. Selanjutnya dia ambil seuncang teh
celup dan dicelup-celupkan ke dalam air panas tadi. Mungkin 5-7 balikan dia
mencelupkan uncang teh. Setelah itu uncang teh dia biarkan terendam dan tali
uncang beserta label ia sampirkan di bibir gelas.
Langkah selanjutnya adalah menambah gula 2-3 sendok, jika
ingin membuat teh manis, dan terus diaduk hingga gulanya larut. Untuk teh lemon
ditambahkan lagi air perasan jeruk nipis. Terakhir adalah menambahkan air
dingin hingga isi gelas penuh dan dihidangkan pada pemesannya. Inilah standard
operating procedur (SOP) pemilik warung dalam menyajikan minuman teh celup bagi
pelanggannya.
Membuat teh celup barangkali urusan sederhana. Namun karena
dilakukan berulang-ulang di depan mata saya dalam kurun waktu singkat, jadilah
sebuah atraksi yang menarik. Kesimpulannya tentu saja bahwa segala sesuatu itu
mestilah dikerjakan dengan ilmu dan kepandaian tertentu agar hasilnya maksimal.
Hal ini terbukti dengan banyaknya pelanggan dan dari raut wajahnya terpancar
perasaan senang.
Kalau mau cari gampang, siapkan saja racikan teh tawar
sepanci. Setiap kali ada yang pesan tinggal ambil setengah gelas kemudian
ditambahkan air panas supaya jadi teh hangat. Kalau mau dibikin manis tinggal
tambah gula dan aduk-aduk. Atau kalau mau lebih praktis, siapkan tiga panci sedang,
masing-masing berisi racikan teh tawar, teh manis dan teh lemon. Setiap kali
ada yang pesan, hanya perlu waktu sekejap untuk menghidangkannya.
Namun cara seperti itu nampaknya kurang menarik. Saat nasi
dengan lauknya sudah terhidang di depan mata, kemudian pandangan diarahkan pada
pemilik warung yang sedang meracik minuman teh celup, terasa penghargaannya
pada pelanggan. “Pemilik warung itu meracik teh khusus untuk saya”, itulah
pesan yang tersirat. Dengan sentuhan pelayanan seperti ini tak terasa setelah
habis nasi dan lauk satu piring, ada keinginan untuk menambah lagi. Kalau sudah
begini, siapa yang diuntungkan? Semua diuntungkan, khususnya pemilik warung
yang omsetnya bertambah hanya karena ketrampilannya menyajikan teh celup pada
para pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar