Hari ini saya bertamu di rumah adik saya di Magelang, daerah
sekitar Candi Borobudur. Di sebelah selatan rumahnya, terhalang sebuah gang,
ada masjid kampung yang cukup besar sehingga suara adzan sangat jelas
terdengar. Baru saja saya berjamaah shalat ashar di masjid tersebut.
Saat mendengar adzan ashar dikumandangkan, saya segera
mengambil air wudhu dan berjalan menuju masjid yang berjarak sekitar 50 meter
dari rumah adik saya. Ketika menaiki tangga menuju masjid saya berpapasan
dengan seseorang yang baru saja keluar dari masjid. Memasuki ruangan dalam
masjid saya tertegun, ternyata tak seorang pun ada disana. Padahal adzan baru
saja dikumandangkan. Berarti yang berpapasan dengan saya tadi adalah
muadzinnya.
Saya laksanakan shalat sunat tahiyatul masjid. Selesai
shalat sunat dua rakaat barulah satu persatu jamaah hadir. Mereka juga
melaksanakan shalat tahiyatul masjid. Sampai kemudian ada seorang jamaah yang
tiba di masjid namun tidak melaksanakan shalat tahiyatul masjid. Dia hanya
berdiri saja sambil memandang jam jadwal shalat yang terpampang di tembok diatas
tempat imam. Tahulah saya, ternyata tersedia 1 menit 20 detik lagi menjelang
iqamah dikumandangkan. Memang tidak cukup waktu untuk shalat sunat dua rakaat.
Kemudian datang lagi seorang jamaah namun juga tidak
melaksanakan shalat tahiyatul masjid. Dia lihat jam jadwal shalat dan tersisa
waktu 56 detik menjelang iqamah.
Akhirnya waktu iqamah dikumandangkan pun tiba. Selanjutnya
shalat ashar berjamaah dimulai dan diikuti sekitar 30 jamaah.
Saya kagum dengan ‘sihir’ jam jadwal shalat. Dia setia
memberitahu kita saat datangnya waktu shalat. Dia beritahukan masih sekian jam
lebih sekian menit menjelang waktu ashar. Dia beritahukan saat datang waktu
ashar dengan bunyi tit…. tit…. tit. Kemudia dia diam mematung sementara muadzin
mengumandangkan adzan.
Selesai adzan dikumandangkan dia mulai menampilkan catatan “10
menit menjelang iqamah”. Dia lakukan hitung mundur 9.59….. 9.58…… 9.57…… 9.56…..
9.55….. dst. Di bagian yang lain dia tampilkan juga beberapa tulisan secara
bersambung, diantaranya “Matikan handphone”, “Jagalah Kebersihan”, “Shalatlah
di awal waktu” dsb.
Tanpa sadar kita tersihir olehnya. Handphone kita matikan,
kita tidak berani shalat sunat tahiyatul masjid jika waktunya tidak mencukupi,
muadzin menunggu ‘perintah’ adzan dan iqamah darinya, dsb.
Mengingat sihirnya yang luar biasa, saya
terpikir untuk menyempurnakan sihir itu. Saya ingin jam jadwal shalat itu diprogram
mampu mengeluarkan ajakan shalat 10 menit sebelum tiba waktu shalat. “Wahai
jamaah masjid, 10 menit lagi menjelang tiba waktu ashar. Silahkan hentikan
pekerjaan, ambil air wudlu dan bersiap-siap melaksanakan jamaah shalat ashar”.
Dengan cara seperti ini jamaah akan tiba di masjid lebih awal dan semuanya
kebagian pahala shalat sunat tahiyatul masjid. Muadzin pun juga mengumandangkan
adzan dalam kondisi siap 100%. Jangan sampai muadzin ingat kompor belum
dimatikan sehingga adzan buru-bur diselesaikan dan keluar masjid setelah
mengumandangkan adzan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar