Thomas Alva Edison |
Terkadang kita harus atau terpaksa berfikir keras ... dan lama.
Lucunya, dari “kerja keras” tersebut hasilnya hanyalah sepele atau sederhana.
Suatu saat saya menjumpai kegagalan koneksi internet. Koneksi berjalan sangat
lambat, nyaris tidak bergerak. Hanya indikator saja yang terus berputar-putar
di tempatnya tanpa henti. Tentu saja faktor penyebabnya banyak: komputer,
modem, tidak tersedia jaringan, setup modem dst.
Mulailah saya bertualang. Saya lepaskan modem dan laptop saya
restart. Normal, berarti kesalahan bukan pada laptop. Modem kembali saya
tancapkan namun internet tetap tidak mau konek. Sinyal 4 strip alias 80%. Cukup,
malah lebih karena dengan 2 strip saja sudah normal. Software modem saya uninstal,
laptop di restart, software modem kembali di install. Tetap saja tidak ada
koneksi internet.
Kabel USB yang menghubungkan laptop dengan modem saya ganti. Tetap
saja tidak ada koneksi internet. Saya cek pulsa pada kartu SIM, masih cukup
kuota dan belum ekspire. Modem saya buka dan saya ganti kartu SIM provider lain
..... nah sekarang baru bisa. Koneksi internet jalan dengan lancar.
Saya coba ingat-ingat, kenapa tadi tidak bisa konek? Barulah saya dapat
jawabannya: saya lupa men-set nama provider pada modem, sedangkan saya suka
gonta-ganti kartu SIM. Sepele!
Ada lagi pengalaman seorang kawan saat menginap di sebuah hotel. Ia
kesulitan membuka kunci pintu hotel. Kunci di bolak-balik, tetap saja tidak
bisa dibuka. Aneh, pintu hotel kok susah dibuka. Apa hotel ini tidak pernah
kedatangan tamu, pikirnya. Setelah keringat dingin keluar, akhirnya ia minta
tolong sekuriti.
Ternyata sekuriti dengan mudah membukanya. Lho? Ternyata kunci itu
harus masuk dengan posisi mendatar (horisontal), bukan tegak (vertikal).
Meneketehe, mana ku tahu, katanya dalam hati. Seumur-umur baru saat itulah
teman saya tahu adanya kunci yang harus dimasukkan dengan posisi mendatar.
Sepele!
Dipikir-pikir, terkadang cukup banyak waktu dan fikiran dikuras
untuk satu hal. Hanya karena keperluan mendesak maka kita mau bersusah payah
mencari solusinya. Setelah ketemu solusinya, ternyata sepele, seperti tidak ada
korelasi antara usaha dan hasil.
Terbayang oleh kita, usaha yang besar haruslah menghasilkan sesuatu
yang besar pula. Kenyataan tidaklah selalu demikian. Namun jangan juga disesali
karena usaha kita tidaklah sia-sia. Islam mengajarkan Allah, Rasul dan
orang-orang beriman menilai setiap upaya kita. Suatu saat pasti akan ada
buahnya. Berfikir keras adalah tuntunan Islam, diistilahkan dengan “ulul albab”,
diterjemahkan sebagai berfikir mendalam. Istilah ini terdapat dalam QS. 3:
190-191.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir
mendalam (ulul albab),
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.
Ulul albab adalah orang yang senantiasa berfikir dan berdzikir
mengingat Allah. Setiap saat, dalam ayat diatas dikatakan: saat berdiri, duduk
dan berbaring. Saat masih aktif sebagai PNS dan setelah pensiun. Saat masih
memiliki jabatan dan setelah tidak lagi menjabat. Dari hasil berfikir keras
tersebut akhirnya diambil kesimpulan: tidaklah Allah menciptakan segala sesuatu
dengan sia-sia.
Thomas Alva Edison melakukan ribuan kali percobaan sebelum akhirnya
menemukan lampu pijar. Ribuan kali ia gagal namun terus mencoba. Mungkin yang
terfikir saat itu hanyalah sebuah benda yang bisa menggantikan dan lebih baik
daripada lilin atau lampu minyak. Dan itu sudah ia ketemukan. Sederhana,
setelah melakukan kerja keras dan mengalami ribuan kegagalan. Namun dari
penemuannya itu, kita sekarang menikmati listrik yang saya yakin setiap orang
memerlukannya.
Mari,
jangan bosan dan jangan lelah berfikir keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar