PERLUNYA EGP
Suatu
hari seorang bapak berniat mengajak anaknya menjual keledai ke pasar hewan.
“Nak,
cepatlah tidur! Besok pagi-pagi kita ke pasar menjual keledai kita”, kata bapak
itu pada anaknya.
“Baik,
pak!”, jawab anaknya.
Selepas
subuh, sang bapak dan anak benar-benar mewujudkan niatnya: membawa keledai ke
pasar untuk dijual. Keduanya sejenak bingung memikirkan siapa yang sebaiknya
menunggang keledai, dan/atau siapa yang sebaiknya berjalan.
Keduanya
memilih berjalan kaki sambil menuntun keledai. Namun di perjalanan ada orang
yang melihat dan berkomentar, “Orang-orang bodoh ....... Kan salah satu bisa
naik keledai, sehingga tidak capek”.
“Benar
juga apa yang dikatakan orang itu”, fikir si bapak. “Kamu saja nak yang naik
keledai, biarlah bapak berjalan disampingmu”, kata si bapak.
Baru
beberapa meter melangkah rupanya ada yang melihat dan berkomentar. “Anak gak
tahu budi. Dia enak-enak naik keledai, sedangkan ayahnya disuruh jalan kaki”,
kata orang itu.
Mendengar
perkataan orang itu, bapaknya berkata, “Benar juga, nak! Sebaiknya bapak yang
naik keledai dan kamu yang berjalan disamping keledai”.
Ternyata
baru beberapa meter melangkah, ada lagi yang melihat dan berkomentar, “Bapak
gak tahu diri. Anaknya yang masih kecil disuruh jalan kaki, sementara dia enak-enak
duduk diatas keledai”.
Kembali
si bapak gamang. “Nak, kita kok selalu disalahkan ya. Tadi waktu keledainya
tidak dinaiki, kita disalahkan. Waktu yang naik kamu, kita juga disalahkan.
Terus waktu bapak yang naik, kita juga disalahkan”.
“Begini
saja, pak. Bagaimana kalau keledainya kita naiki berdua?”, usul anaknya.
“Bagus...
bagus!”, kata si bapak.
Akhirnya
keledai kecil itu dinaiki bapak dan anak. Sudah bisa diduga keledai itu tidak
akan kuat membawa dua orang manusia. Belum sempat melangkah, keledai itupun
roboh. Mati.
Bapak
dan anak menangis, menyesali kebodohannya. Keledai mati itu pun mereka ikat
pada sebatang kayu dan mereka angkut ke pasar. Sekarang, adakah yang mau
membeli bangkai keledai? Tentu saja tidak!
Inilah akibat terlalu
mendengar komentar orang lain, tidak mandiri dalam bersikap. Ada kalanya kita
perlu menanggapi sikap orang lain dengan EGP (emang gue pikirin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar