Selasa, 12 Februari 2013

PERLUNYA EGP



Suatu hari seorang bapak berniat mengajak anaknya menjual keledai ke pasar hewan.

“Nak, cepatlah tidur! Besok pagi-pagi kita ke pasar menjual keledai kita”, kata bapak itu pada anaknya.

“Baik, pak!”, jawab anaknya.

Selepas subuh, sang bapak dan anak benar-benar mewujudkan niatnya: membawa keledai ke pasar untuk dijual. Keduanya sejenak bingung memikirkan siapa yang sebaiknya menunggang keledai, dan/atau siapa yang sebaiknya berjalan.

Keduanya memilih berjalan kaki sambil menuntun keledai. Namun di perjalanan ada orang yang melihat dan berkomentar, “Orang-orang bodoh ....... Kan salah satu bisa naik keledai, sehingga tidak capek”.

“Benar juga apa yang dikatakan orang itu”, fikir si bapak. “Kamu saja nak yang naik keledai, biarlah bapak berjalan disampingmu”, kata si bapak.

Baru beberapa meter melangkah rupanya ada yang melihat dan berkomentar. “Anak gak tahu budi. Dia enak-enak naik keledai, sedangkan ayahnya disuruh jalan kaki”, kata orang itu.

Mendengar perkataan orang itu, bapaknya berkata, “Benar juga, nak! Sebaiknya bapak yang naik keledai dan kamu yang berjalan disamping keledai”.

Ternyata baru beberapa meter melangkah, ada lagi yang melihat dan berkomentar, “Bapak gak tahu diri. Anaknya yang masih kecil disuruh jalan kaki, sementara dia enak-enak duduk diatas keledai”.

Kembali si bapak gamang. “Nak, kita kok selalu disalahkan ya. Tadi waktu keledainya tidak dinaiki, kita disalahkan. Waktu yang naik kamu, kita juga disalahkan. Terus waktu bapak yang naik, kita juga disalahkan”.

“Begini saja, pak. Bagaimana kalau keledainya kita naiki berdua?”, usul anaknya.

“Bagus... bagus!”, kata si bapak.

Akhirnya keledai kecil itu dinaiki bapak dan anak. Sudah bisa diduga keledai itu tidak akan kuat membawa dua orang manusia. Belum sempat melangkah, keledai itupun roboh. Mati.

Bapak dan anak menangis, menyesali kebodohannya. Keledai mati itu pun mereka ikat pada sebatang kayu dan mereka angkut ke pasar. Sekarang, adakah yang mau membeli bangkai keledai? Tentu saja tidak!
Inilah akibat terlalu mendengar komentar orang lain, tidak mandiri dalam bersikap. Ada kalanya kita perlu menanggapi sikap orang lain dengan EGP (emang gue pikirin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar