Jumat, 27 Desember 2019

LARANGAN MENCELA MAKANAN


Salah satu akhlaq terpuji (akhlaqul karimah) Rasulullah adalah beliau tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau tidak suka dengan makanan yang dihidangkan maka beliau memilih diam. Bahkan jika di rumah tidak ada makanan, beliau memilih shaum (puasa) di hari itu.

Sebuah sabda Rasulullah menyebutkan: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Apabila makanan yang dihidangkan beliau sukai, maka beliau menyantapnya. Sedangkan sikap beliau saat menghadapai jamuan yang tidak menarik hati, beliau tidak menjamahnya dengan tanpa mengeluarkan komentar miring apapun terhadapnya.
كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Rabu, 10 April 2019

MUDAH TAPI JANGAN DIPERMUDAH, SULIT TAPI JANGAN DIPERSULIT


Istilah ini saya dapat dari almarhum KH. AR. Fachruddin, ketua PP Muhammadiyah terlama, dalam bahasa Jawa. “Islam kuwi gampang ning ojo digampangke. Angel ning ojo di ngel-ngel”. Dalam hal fiqh banyak sekali perbedaan karena fiqh adalah ijtihad ulama. Misalkan posisi tangan saat berdiri shalat: ada yang sedekap, ada yang dijulurkan ke bawah saja. Yang sedekap pun, ada yang didahului dengan mengangkat tangan, ada yang tanpa harus mengangkat tangan.

Kalau dirunut, semuanya ada pedomannya, di Al Quran dan/atau hadits. Terjadi perbedaan dalam praktek karena adanya fiqh ulama yang menguraikan sesuai kondisi setempat. Misalkan qurban di Saudi Arabia adalah unta, di Indonesia boleh dilakukan dengan sapi atau domba.