Senin, 01 Februari 2016

ADA HAK TUBUH UNTUK ‘SAKIT’



Alhamdu lillah, sejak mengamalkan pola hidup sehat sekitar 15 tahun lalu saya sekeluarga tidak pernah lagi mengunjungi dokter, puskesmas dan rumah sakit. Sebelum itu saya rutin bergantian membawa 5 anak saya, sepekan sekali atau dua pekan sekali, ke puskesmas atau klinik jaga. Bahkan kartu periksa mereka sampai saya koleksi untuk memudahkan saat sewaktu-waktu diperlukan.
Sakit yang saya maksud disini sebenarnya hanyalah flu batuk pilek demam dan diare. Namun dalam sebuah keluarga dengan 7 anggota keluarga, suami istri dan 5 anak, setiap saat ada saja yang terserang sakit. Meskipun sekedar flu batuk pilek demam dan diare namun cukup merepotkan karena ada saja anggota keluarga yang sakit dan tentu mengganggu aktivitas keluarga. Istirahat malam terganggu, pekerjaan terganggu karena harus mengantar berobat dan keuangan juga tersedot.

Setelah belajar tentang pola hidup sehat dan memahami mekanisme kerja tubuh saya tidak panik lagi saat ada keluarga yang sakit. Saya sekeluarga jarang sakit lagi karena menerapkan pola makan yang benar, seperti: kurangi makanan instan, banyak makan sayur buah, kurangi makanan dengan bahan pengawet, pewarna, perasa kimia sintetis dsb. Penjagaan kesehatan juga saya lakukan dengan konsumsi herba, perawatan bekam, sengat lebah dsb.
Saat sakit pun tidak lagi panik karena flu batuk pilek demam dan diare, saya anggap sebagai mekanisme tubuh mengeluarkan toksid. Saya tahu bagaimana harus mengatasinya tanpa harus ke dokter atau puskesmas. Jika sebelumnya terserang flu batuk pilek demam dan diare saya sebut sebagai sakit, maka sekarang saya ubah menjadi ‘sakit’ (sakit dalam tanda petik). Tubuh memerlukan itu semua sebagai mekanisme pengeluaran toksid. Apa jadinya jika toksid tidak dibuang, akan menjadi bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu.
‘Sakit’ tersebut biasa datang 3-4 bulan sekali, memerlukan waktu 2-3 hari. Saya ingat awal November 2015 sempat ‘sakit’. Berawal dari terkena terpaan AC terus menerus. Dari Bandung ke Surabaya naik pesawat ber-AC, seminar di Surabaya 2 hari di ruang ber-AC, tidur di hotel ber-AC. Terus ke Jogja dengan bis eksekutif ber-AC, dari Jogja kembali ke Bandung dengan kereta ber-AC. Sampai di rumah langsung roboh. Demam, batuk-batuk, bersin, hidung keluar ingus terus menerus. Langsung saja di bekam, sengat lebah, minum herba pedas, makan yang banyak sampai muntah. Alhamdu lillah, hanya perlu 2-3 hari dan setelah itu segar, siap beraktifitas lagi.
Saat menulis ini pun sebenarnya saya sedang ‘sakit’. Diperiksa oleh istri, katanya banyak mikir. Ya benar, memang sedang banyak berfikir karena pekerjaan berkaitan dengan editing buku, menulis buku dsb. Kemarin malam demam tinggi, sampai mengerang-erang dan halusinasi. Siangnya di bekam, sengat lebah, minum herba tujuh angin, minum madu, makan yang banyak. Alhamdu lillah sekarang sudah ringan dan bisa menyelesaikan tulisan ini.
Ibarat tamu, biarkan ‘sakit’ mengunjungi kita. Boleh menginap, tapi maksimal 3 hari saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar