Jumat, 02 September 2016

MENJADI SAKSI PERJUANGAN ANANDA OCI

Kami, yaitu saya dan umi, memberinya nama Raisa Rashifa Mahirah. Raisa kami ambil dari kata Roisun, pemimpin. Sedangkan Rashifa bermakna kuat, dan Mahirah bermakna mahir atau pandai. Sebuah perpaduan nama yang sangat bagus: pemimpin, kuat dan pandai. Nama pendeknya adalah Oci, dari kebiasaan teman-temannya memanggil Rosi.
Saya harus mengakui perkembangan fisik Oci terganggu dengan berbagai penyakit. Saat itu kami belum menjadi herbalis. Oci dengan kakak-kakaknya yaitu Muti dan Syifa boleh dikata saat itu rajin bolak-balik ke puskesmas. Tak heran fisik Oci cukup kecil dan sering sekali flu batuk. Namun rupanya Allah selalu menganugerahkan kekuatan menghadapi kondisi ini, sesuai dengan namanya.

Ketika anak-anak mulai mesantren di Ponpes Sunan Pandanaran Jogja, Oci ada di barisan terakhir. Tahun pertama masuk Syifa di kelas 7 MTs, tahun kedua masuk Muti di kelas 10 MA, dan terakhir masuk Oci di kelas 7 MTs. Mungkin inilah rahasia Allah sehingga saat Oci mesantren, di Pandanaran sudah ada kakak-kakaknya. Saat itu ada 3 anak saya disana dan seorang lagi anak kakak.
Satu peristiwa yang sangat saya catat adalah gempa Jogja 27 Mei 2006. Saat itu ada 4 anak-anak saya di Ponpes Sunan Pandanaran. Maka saya segera datang ke pondok dan bertemu dengan KH. Mufid Mas’ud (Almarhum). Saya tanyakan langsung, “Kyai, apakah saya perlu membawa pulang dahulu anak-anak saya, mengingat adanya bencana alam gempa bumi ini?”.
Berfikir tentang kerepotan saat bencana, tentu kita semua repot. Rumah saya termasuk terkena bencana, hancur. Namun membayangkan kerepotan pondok yang mengasuh ratusan, hingga seribuan santri, tentu saya juga harus menunjukkan empati. Ternyata jawaban beliau sangat tegas, “Tidak perlu! Biarlah santri-santri itu tetap saya asuh disini!”.
Tahun 2008 Oci tidak lagi dengan kakak-kakaknya di Sunan Pandanaran, namun tentunya sudah cukup kuat karena sudah diasuh selama kelas 7-8. Selepas dari Sunan Pandanaran Oci kembali ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di SMA.
Satu peristiwa penting terjadi disini. Saat itu dua orang adiknya, yaitu Zaki dan Bilqis mogok sekolah sudah 2 tahun. Entah apa yang dilakukan Oci, pada saat itu Zaki dan Bilqis kembali mau bersekolah dengan syarat Oci melanjutkan SMA-nya di Babussalam. Akhirnya Oci pun mengalah, melanjutkan SMA-nya di Babussalam, sambil mengasuh Zaki dan Bilqis.
Selepas SMA Oci dengan mantap melanjutkan kuliahnya di Jurusan Perbankan Syariah UIN Sunan Kalijaga Jogja. Melihat fisiknya yang kecil dan sering sakit-sakitan, sebagai orang tua terkadang saya merasa sedih dan kasihan. Rupanya Oci adalah orang yang pandai menyembunyikan penderitaan dan jarang berkeluh kesah, serta pantang menyerah.
Setiap kali terdengar sakit, saya sarankan untuk istirahat dulu karena kuliah bisa diteruskan di lain waktu. Apalagi ada adiknya, yaitu Zaki dan kemudian Bilqis, yang mengikuti jejaknya bersekolah di Jogja dan perlu diasuh. Ternyata berbagai tugas itu bisa dikerjakan dengan rapi ditengah berbagai keterbatasan, termasuk kiriman uang dari orang tuanya.
Oci sering memberi kabar kehabisan uang setelah sama sekali habis, atau bahkan sampai pinjam dari temannya. Kabar itu pun sering saya terima saat hari Sabtu, terlebih disaat saldo rekening kosong. Jadilah harus menunggu hari Senin untuk mengirim uang.
Alhamdulillah semua kisah diatas hari ini menjadi catatan indah dengan diwisudanya Oci sebagai Sarjana Ekonomi. Abi sebagai orang tuamu menjadi saksi betapa gigihnya ananda menggapai cita-cita. Cukuplah abi menyatakan sebagai saksi, karena tidak bisa berbuat lebih dari itu. Abi tidak bisa memberikan yang lebih baik guna mewujudkan cita-citamu. Maafkan segala kekurangan Abi selama mengasuhmu dan terima kasih karena ananda telah mempersembahkan karya luar biasa.
Sepenggal kisah abi dapatkan dari teman KKN-mu kemarin. Katanya selama KKN Oci sempat sakit dua kali. Ya….. itulah dirimu! Meskipun dalam kondisi sakit namun tidak berhenti mengerjakan tugas. Selamat menempuh lembar-lembar kehidupan berikutnya. Semoga Allah senantiasa membimbingmu dan mengaruniakan rahmat pada keluarga kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar