Kami, yaitu saya
dan umi, memberinya nama Raisa Rashifa Mahirah. Raisa kami ambil dari kata
Roisun, pemimpin. Sedangkan Rashifa bermakna kuat, dan Mahirah bermakna mahir
atau pandai. Sebuah perpaduan nama yang sangat bagus: pemimpin, kuat dan
pandai. Nama pendeknya adalah Oci, dari kebiasaan teman-temannya memanggil
Rosi.
Saya harus
mengakui perkembangan fisik Oci terganggu dengan berbagai penyakit. Saat itu kami
belum menjadi herbalis. Oci dengan kakak-kakaknya yaitu Muti dan Syifa boleh
dikata saat itu rajin bolak-balik ke puskesmas. Tak heran fisik Oci cukup kecil
dan sering sekali flu batuk. Namun rupanya Allah selalu menganugerahkan
kekuatan menghadapi kondisi ini, sesuai dengan namanya.
Ketika
anak-anak mulai mesantren di Ponpes Sunan Pandanaran Jogja, Oci ada di barisan
terakhir. Tahun pertama masuk Syifa di kelas 7 MTs, tahun kedua masuk Muti di
kelas 10 MA, dan terakhir masuk Oci di kelas 7 MTs. Mungkin inilah rahasia
Allah sehingga saat Oci mesantren, di Pandanaran sudah ada kakak-kakaknya. Saat
itu ada 3 anak saya disana dan seorang lagi anak kakak.
Satu peristiwa
yang sangat saya catat adalah gempa Jogja 27 Mei 2006. Saat itu ada 4 anak-anak
saya di Ponpes Sunan Pandanaran. Maka saya segera datang ke pondok dan bertemu
dengan KH. Mufid Mas’ud (Almarhum). Saya tanyakan langsung, “Kyai, apakah saya
perlu membawa pulang dahulu anak-anak saya, mengingat adanya bencana alam gempa
bumi ini?”.
Berfikir
tentang kerepotan saat bencana, tentu kita semua repot. Rumah saya termasuk
terkena bencana, hancur. Namun membayangkan kerepotan pondok yang mengasuh
ratusan, hingga seribuan santri, tentu saya juga harus menunjukkan empati.
Ternyata jawaban beliau sangat tegas, “Tidak perlu! Biarlah santri-santri itu
tetap saya asuh disini!”.
Tahun 2008 Oci
tidak lagi dengan kakak-kakaknya di Sunan Pandanaran, namun tentunya sudah
cukup kuat karena sudah diasuh selama kelas 7-8. Selepas dari Sunan Pandanaran
Oci kembali ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di SMA.
Satu peristiwa
penting terjadi disini. Saat itu dua orang adiknya, yaitu Zaki dan Bilqis mogok
sekolah sudah 2 tahun. Entah apa yang dilakukan Oci, pada saat itu Zaki dan
Bilqis kembali mau bersekolah dengan syarat Oci melanjutkan SMA-nya di
Babussalam. Akhirnya Oci pun mengalah, melanjutkan SMA-nya di Babussalam,
sambil mengasuh Zaki dan Bilqis.
Selepas SMA Oci
dengan mantap melanjutkan kuliahnya di Jurusan Perbankan Syariah UIN Sunan
Kalijaga Jogja. Melihat fisiknya yang kecil dan sering sakit-sakitan, sebagai
orang tua terkadang saya merasa sedih dan kasihan. Rupanya Oci adalah orang
yang pandai menyembunyikan penderitaan dan jarang berkeluh kesah, serta pantang
menyerah.
Setiap kali
terdengar sakit, saya sarankan untuk istirahat dulu karena kuliah bisa
diteruskan di lain waktu. Apalagi ada adiknya, yaitu Zaki dan kemudian Bilqis,
yang mengikuti jejaknya bersekolah di Jogja dan perlu diasuh. Ternyata berbagai
tugas itu bisa dikerjakan dengan rapi ditengah berbagai keterbatasan, termasuk
kiriman uang dari orang tuanya.
Oci sering
memberi kabar kehabisan uang setelah sama sekali habis, atau bahkan sampai
pinjam dari temannya. Kabar itu pun sering saya terima saat hari Sabtu,
terlebih disaat saldo rekening kosong. Jadilah harus menunggu hari Senin untuk
mengirim uang.
Alhamdulillah
semua kisah diatas hari ini menjadi catatan indah dengan diwisudanya Oci sebagai
Sarjana Ekonomi. Abi sebagai orang tuamu menjadi saksi betapa gigihnya ananda
menggapai cita-cita. Cukuplah abi menyatakan sebagai saksi, karena tidak bisa
berbuat lebih dari itu. Abi tidak bisa memberikan yang lebih baik guna
mewujudkan cita-citamu. Maafkan segala kekurangan Abi selama mengasuhmu dan
terima kasih karena ananda telah mempersembahkan karya luar biasa.
Sepenggal kisah
abi dapatkan dari teman KKN-mu kemarin. Katanya selama KKN Oci sempat sakit dua
kali. Ya….. itulah dirimu! Meskipun dalam kondisi sakit namun tidak berhenti
mengerjakan tugas. Selamat menempuh lembar-lembar kehidupan berikutnya. Semoga
Allah senantiasa membimbingmu dan mengaruniakan rahmat pada keluarga kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar