Kamis, 04 Mei 2023

5 AMALAN DI BULAN SYAWAL



Oleh : Muhammad Haitami

 

 

 

Ayat yang populer dibaca oleh khatib dan muballigh pasca Idul Fitri ialah Qs. Ali Imran (3): 133-134,

 

۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

 

Dua ayat diatas adalah bagian dari Qs. Ali Imran (3): 130-136, satu bahasan dalam Tafsir Ibnu Katsir. Khusus ayat 133-134 terdapat 5 pelajaran yang dapat dipetik, yaitu:

 

1.    Bersegera kepada ampunan Allah

Kesalahan dan dosa bagi manusia adalah suatu kelaziman. Tidak ada manusia yang ma’shum, setebal apapun tingkat keimanannya, seluas apapun ilmunya dan sedalam apapun ketakwaannya kepada Allah, selama dia adalah manusia, dia pasti suatu kali akan melakukan kesalahan dan dosa.

Persoalan sebenarnya bukan pada manusia yang berdosa dan bersalah, akan tetapi apa yang dilakukan setelah dosa dan kesalahan tersebut? Firman Allah Swt,


وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ١٣٥

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

 

Ada 4 cara meraih ampunan Allah Swt,

 

1.1. Taubat

Jika Allah menghendaki, tidak ada dosa yang tidak terhapus oleh taubat, seberat dan sebesar apapun ia. Jangankan dosa-dosa kecil, dosa-dosa besarpun akan terhapus oleh taubat bahkan dosa tertinggi dalam Islam.

Lihatlah kepada sebagian sahabat Nabi yang di masa jahiliyah adalah orang-orang penyembah berhala. Begitu mereka bertaubat darinya, mereka pun menjadi manusia terbaik umat ini.

 

1.2. Perbuatan-Perbuatan Baik

Satu perbuatan baik dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, lebih dari itu bisa sampai tujuh ratus kali lipatnya bahkan berkali-kali lipat yang Allah kehendaki. Sementara satu kejahatan hanya dibalas dengan semisalnya, maka benar-benar celaka dan binasa orang-orang yang balasan kejahatannya mengungguli kebaikannya.

 

مَنْ جَآءَ بِا لْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ اَمْثَا لِهَا وَمَنْ جَآءَ بِا لسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰۤى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).” QS. Al-An’am [6]: 160.

 

1.3. Menjauhi Dosa-Dosa Besar

Dosa besar adalah semua dosa yang diancam hukuman had di dunia atau mengundang murka dan laknat Allah atau diancam dengan azab akhirat. Apabila dosa dengan kriteria seperti ini dihindari, maka hal itu menjadi penyebab diraihnya ampunan dari Allah. Firman Allah Swt,

 

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبٰٓئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْـكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” QS. An-Nisa’ [4]: 31.

 

Rasulullah bersabda:

Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, Ramadhan ke Ramadhan adalah pelebur dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dihindari”, HR Muslim dari Abu Hurairah.

 

1.4. Istighfar, Memohon Ampunan Kepada Allah

Istighfar sangat efektif dalam menangkal azab Allah. Firman Allah Swt,

 

وَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَ نْتَ فِيْهِمْ ۗ وَمَا كَا نَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” QS. Al-Anfal [8]: 33.

 

Rasulullah beristighfar seratus kali dalam sehari, meskipun beliau telah meraih jaminan ampunan Allah atas dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang. Beliau bersabda:

Sesungguhnya aku benar-benar beristighfar kepada Allah seratus kali dalam satu hari. HR Muslim.

 

2. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi

Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan bahwa Heraclius pernah mengirimkan surat kepada Nabi, yang isinya, “Engkau telah mengajakku ke Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di mana letak Neraka?”

Maka Nabi Saw. pun menjawab, “Mahasuci Allah, lalu dimana malam jika siang telah tiba?” Maksudnya ialah, bahwa waktu siang itu jika telah menutupi permukaan bumi dari satu sisinya, maka malam berada di sisi yang lain. Demikian juga dengan surga, yang berada di tempat yang paling tinggi, di atas langit dan di bawah ‘Arsy, dan luasnya seperti yang difirmankan-Nya,”Seluas langit dan bumi.” Sedangkan neraka berada ditempat yang paling bawah.

 

Firman Allah ini juga untuk menjawab banyaknya orang yang tidak yakin adanya hari akhir. Hidup dikiranya hanya di dunia saja. Setelah mati ya sudah. Allah menyatakan surga itu sangat luas, semuanya dapat ditampung didalamnya.

 

3. Tanda taqwa: menafkahkan hartanya diwaktu lapang dan sempit

Menafkahkan harta diwaktu sempit akan membuka datangnya rezeki Allah. Misal mensedekahkan uang seratus ribu dari uang sejuta yang dimiliki. Disisi lain masih banyak cicilan dan tagihan yang harus dibayar: cicilan kendaraan, kontrak rumah, SPP dan uang kuliah anak. Disini shadaqah bermakna mengundang datangnya pertolongan Allah karena banyaknya orang lain yang harus ditolong.

Ternyata benar. Allah kemudian membukakan pintu-pintu rezeki sehingga rezeki yang lain pun datang mengalir dengan deras.

Sedekah diwaktu lapang bermakna menjaga harta dari berbagai bencana. Banyak orang kaya yang membagikan hartanya kepada orang lain, membuka lapangan kerja, membangun masjid, menyantuni anak yatim. Dari situ namanya harum, terkenal, viral sehingga order-order besar datang.

 

4. Tanda taqwa: mampu menahan marah

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

 

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi Saw, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” HR. Bukhari.

 

Nasihat ini juga sangat tepat untuk kondisi kita saat ini. Terkadang kita begitu mudah marah di jalan. Begitu mudah marah pada anggota keluarga, tetangga, dll. Hanya karena permasalahan yang sepele.

 

Menahan amarah adalah akhlak mulia. Ketika seseorang menahan amarahnya, maka Allah akan membalasnya dengan menahan murka kepada hamba tersebut atas dosa yang ia lakukan. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Abdullah bin Amr ra bertanya kepada Nabi Saw,

 

مَاذَا يُبَاعِدُنِى مِنْ غَضَبِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ؟ قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

Apa yang bisa menjauhkanku dari murka Allah?” Beliau bersabda, “Jangan marah.” HR. Ahmad.

 

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda: “Orang yang kuat itu bukan terletak pada kemampuan berkelahi, tetapi orang yang kuat itu adalah yang dapat mengendalikan diri ketika sedang marah.”

 

5. Tanda taqwa: memaafkan kesalahan orang lain

Relevansi antara konsep memaafkan dalam Al-Qur’an dan kesehatan mental terwujud dalam ciri-ciri orang bermental sehat sebab memiliki sikap pemaaf. Ciri-cirinya sebagai berikut :

 

5.1. Terhindar dari Penyakit jiwa

 

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh”. Qs. Al A’raf (7): 199.

 

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهُ عَلَى اللّٰهِ اِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim”. Qs. Asy Syura (42): 40.

 

Berdasarkan Qs. al-A’raf : 199, memaafkan dilakukan dengan tujuan menyelesaikan masalah. Sebab memaafkan dapat mengobati serta menghapus luka dalam hati dan perasaan-perasaan yang mengganjal. Sementara itu, berdasarkan Qs. al-Syura: 40, memaafkan dapat menghindarkan pelakunya dari sikap yang melampaui batas. Kemudian, memaafkan diharapkan mampu memunculkan sikap baik kepada orang yang menyakitinya.

 

5.2. Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Orang Lain

 

۞ قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun”. Qs. Al Baqarah (2): 263.

 

Perkataan yang baik merupakan ucapan yang tidak menyakiti hati seseorang. Seperti yang tertera pada terjemahan ayatnya, bahwa sedekah yang diiringi dengan tindakan yang menyakiti tidaklah lebih baik dari perkataan yang baik dan pemberian maaf.

 

5.3. Mempunyai Kesanggupan Menghadapi Masalah

 

وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Qs. An Nur (24): 22.

 

Sikap pemaaf adalah sikap yang harus dimiliki oleh semua orang. Sebab dalam Al-Qur’an memaafkan bukan hanya diucapkan di lisan saja, tetapi harus disertai dengan lapang dada dan ikhlas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar