Senin, 25 Maret 2013

MENANAMKAN AKHLAQUL KARIMAH DARI TINGKAT RUMAH TANGGA



Pernahkah kita menunggui dan mengamati anak-anak kita saat mereka makan kue? Tunggui hingga selesai dan perhatikan dimana mereka membuang bungkusnya. Pernahkah kita, bagi yang berprofesi sebagai guru, memperhatikan murid-murid minum teh botol atau permen saat mereka istirahat? Mereka minum sambil berjalan? Setelah minum, mereka kemanakan botol kosongnya? Ditinggal begitu saja di tepi jalan? Mereka mengupas permen sambil berjalan dan dibuang begitu saja bungkusnya? Atau mereka menoleh kiri kanan mencari tempat sampah, menghampirinya dan kemudian membuang bungkus permen ke tempat sampah?
Dari masalah sepele inilah timbulnya masalah besar, seperti sampah, kerusakan lingkungan, bahkan korupsi. Menumpuknya sampah berasal dari ke-tidak peduli-an masyarakat pada sampah. Sampah berceceran dimana-mana sehingga harus ada petugas sampah yang memungutnya. Sampah dibawa ke tempat pembuangan sampah, diangkut dengan truk sampah dan dibuang ke tempat pembuangan akhir yang jaraknya puluhan kilometer dari sampah berasal. Polusinya merugikan orang sepanjang jalan, menimbulkan kemacetan lalu lintas saat dinaikkan ke truk sampah dan membutuhkan biaya mahal untuk memusnahkannya.
Jika budaya bersih telah tertanam dalam setiap pribadi, tak akan dijumpai sampah dan kelanjutan masalahnya. Barang-barang yang akan dibuang sudah dipilah di tingkat rumah tangga: sampah organik dibuat kompos atau jadi makanan bebek. Sampah non organik dipilah antara lain menjadi: kertas, plastik, kaleng, kaca, kayu dst. Jika sudah menumpuk, panggillah pengumpul atau pemulung. Di beberapa tempat bahkan telah diadakan bank sampah. Barang-barang yang sama sekali tidak bisa lagi dimanfaatkan, itulah yang harus dimusnahkan. Cara pengelolaan sampah seperti ini akan membuka lapangan kerja di setiap RT/RW dan sampah tidak lagi menjadi masalah tingkat kabupaten/kota, apalagi hingga propinsi.

Yang ingin saya tekankan adalah bahwa masalah-masalah besar di negeri ini berasal dari masalah kecil yang ada dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Marilah kita peduli dengan masalah-masalah kecil di sekitar kita, terutama dalam lingkup rumah tangga, agar tidak berkembang menjadi masalah besar dan tingkat nasional. Anak-anak yang sekarang berusia 10-15 tahun, 20 tahun mendatang akan menjadi manusia dewasa dengan segala profesi dan jabatannya. Jika mereka tidak dibekali dengan akhlaqul karimah niscaya mereka akan menjadi sumber masalah bangsa.
Saya selalu ingat dengan kisah pengalaman Dr. Teuku Abdullah Sanny saat mengambil doktor di Jepang. Saat itu anaknya sempat bersekolah TK disana. Beliau heran, sekolah TK yang mahal, memiliki 30 murid, namun hanya menyediakan 3 buah alat permainan: karusel, luncuran dan jungkitan. Pak Sanny heran dan sempat protes pada gurunya, “Jepang ini kan negara maju dan modern. Mengapa untuk sekolah TK seperti ini tidak disedikan fasilitas yang lebih lengkap? Gara-gara hanya ada 3 mainan, sehingga anak-anak harus bergantian memakainya”.
Jawaban yang beliau dapatkan sbb, “Hal ini memang kami sengaja. Kami menyediakan sedikit permainan agar anak-anak terbiasa antri menggunakannya. Lihatlah, mereka antri di sekitar alat-alat permainan itu. Budaya antri ini kami ajarkan sejak anak-anak masih di tingkat TK”.
Marilah kita luangkan waktu untuk mendidik anak-anak. Terkadang saya menunggui belajar anak-anak dengan tujuan agar saat datang kumandang adzan bisa mengajaknya shalat berjamaah. Saya menemani anak-anak bermain sekedar untuk menunjukkan dimana alat-alat permainan itu harus mereka simpan. Setiap malam saya ajarkan anak-anak menyimpan makanan ke dalam kulkas agar tidak basi dan esok masih bisa dikonsumsi. Saya tunggui santri-santri makan dan saya katakan, “Nanti bekas bungkusnya dibuang ke tempat sampah”.
Di tengah padatnya aktivitas dan tuntutan pekerjaan, melakukan hal-hal diatas sepertinya membuang-buang waktu dan energi. Namun jika berfikir jangka panjang, niscaya justru menjadi hal yang menyenangkan. Jika saat ini kita merasa menjadi orang sukses, sesungguhnya kesuksesan itu adalah buah dari pendidikan orang tua kita. Selayaknya kita juga mendidik anak-anak dengan benar agar kelak mereka menjadi orang sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar